Tidak ada pekerjaan yang sukar bagi orang berani, tidak ada pekerjaan yang mudah bagi orang yang ragu-ragu. Begitulah kata-kata bijak Llyoyd George. Kata-kata bijak itu diterapkan Dafi lewat agenda Global Leadership Program di Malaysia. Saat sekolah-sekolah lain hanya melakukan study tour di dalam negeri, Dafi dengan berani membuat program study tour di luar negeri. Negeri Jiran Malaysia dipilih sebagai tempat tujuan membentuk karakteristik santri yang mempunyai jiwa kepemimpinan bervisi global.
Selama empat hari santri-santri Dafi dididik untuk memiliki karakteristik kemandirian, kepemimpinan, religiusitas, dan wirausaha dengan melawat ke berbagai tempat. Mereka diajak ke Internasional Islamic School, duta besar Indonesia, bertemu tokoh internasional, dan backpacker keliling Kuala Lumpur. Mereka diajarkan untuk mengelola waktu, tenaga, pikiran, dan uang saku.
Cerita-cerita unik, menarik, dan menggelitik datang silih berganti pada tim Humas. Salah satunya dari Insan Hilmi, santri kelas XI IPA. Ia bercerita sempat bingung ketika diminta Mr Alaa Bakkar, salah satu pengajar di Internasional Islamic School, untuk merespon instruksinya. Hilmi yang sudah memiliki jam terbang tinggi dalam lomba dan sering menjadi MC seakan demam panggung oleh gurauan dan camdaan Mr Alaa Bakkar. Alhamdulilah, setelah beberapa saat, Hilmi bisa kembali fokus dan mampu menyerap ilmu yang diberikan MR Alla Bakkar.
Begitupun dengan Wisnu. Santri asal pulau Kalimantan ini sempat bingung saat berada di Kuala Lumpur. Ia merasa aneh. Mengapa di Kuala Lumpur banyak huruf-huruf China, banyak bangunan dengan arsitek China, dan banyak tempat ibadah orang etnis China. Ternyata ia memang berada di kawasan China Town.
Baca juga: Sejarah Pengumpulan Al Qur’an Hingga Menjadi Mushaf
Cerita-cerita itu akan terus berlanjut. Akan ada banyak versi dan narasi tentang kisah GLP santri Dafi di Malaysia. Kita akan terus menunggu kisah itu, hingga mereka tiba di Indonesia dan membingkainya dalam bentuk kumpulan cerita.